Ia5K33hce05kVEU1UP8J8DLa01dvV8DSgOffubpV
Bookmark

PETUALANGAN SEMARANG-JOGJA part 7 : Keraton Ngayogyakarta-Musium Kereta Keraton-Alun2 Kidul

Assalamu’alaikum, Surabaya.

“It’s okay even if you can’t remember. The memories will stay deep inside your heart.”

Jogja hari kelima. *Menghela nafas panjang* Hari ini adalah hari terakhir plesiran di Jogja, besok pagi (15 Desember) saya dan Ema harus kembali ke Surabaya, sedangkan Irma masih di Jogja sampai tanggal 17. Hari ini kami cukup jalan – jalan cantik saja di sekitar Jogja kota. Karena kami masih menunggu Irma yang otw dari rumah Tante Rita, saya dan Ema melancong di pinggiran jalan Jogja kota sambil melihat-lihat bangunan kota Jogja.


Di sekitar sini terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret. Sayangnya ditutup, jadi cuma bisa berfoto di luar pagar.
Berawal dari Pasar Beringharjo untuk berburu batik dan dompet cantik buat Irma, di sinilah surga bagi para wanita wahahaha.


Sudah, nggak usah dibahas terlalu lama, entar rumpik hahaha. Langsung saja ke tempat selanjutnya yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Biaya masuk ke keraton adalah 5000/orang dengan membayar ijin berfoto seharga 2000/rombongan. Sebenarnya bisa saja nakal dengan tidak membayar biaya ijin foto, cuma takut kualat. Soalnya yang jaga keraton kayaknya sih para abdi dalem keraton.

Masuk ke area keraton, bangunan bernuansa ijo-ijo langsung terlihat menyejukkan mata. Kalau kata teman saya sih erat hubungannya sama Nyi Roro Kidul (menurut legenda, Nyi Roro Kidul menyukai warna ijo). Tapi, santai aja sih, saya yang biasanya sensitif dengan tempat angker, masuk keraton Yogyakarta biasa aja dan nggak ngerasa merinding disko. Kayaknya penunggu yang di area depan keraton udah pada jinak xp
 
Pendopo depan keraton
Halaman depan keraton
Aku udah kayak abdi dalem belum? Udah pake item-item kayak dukun xp
Semacam pose ngetem angkot hahaha
Sugeng rawuh, kangmas. Monggo pinarak :D
Kame-kame haaaa!!!!

Kalo masih mau main-main di luar, jendelanya aku tutup dulu ya...
Candid yang menampakkan aura judes mbak-mbak yang di tengah tuh
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini merupakan istana resmi kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebagian kompleks keraton ini merupakan museum tempat menyimpan koleksi kesultanan seperti gamelan, replika pusaka keraton dan foto-foto para sultan.
Gamelan
Sri Sultan Hamengkubuwono IV
Ada yang bisa ngapalin gelarnya???
Sri Sultan Hamengkubuwono X

Naah, pas masuk di sini nih mulai kerasa ada aura yang beda. Apalagi di ujung ada cermin tua yang hemmm ya gitu lah, ga bisa dijelasin pake kata – kata. Saya pun segera mlipir ke ruangan sebelah.


Saya penasaran dengan kereta kencana keraton yang tidak nampak di keraton ini. Karena penasaran, saya bertanya kepada bapak-bapak yang menjaga posko informasi. Ternyata eh ternyata, kereta kencana bisa dilihat di Musium Kereta Keraton yang bisa dicapai dengan berjalan kaki. Letaknya di sebelah barat daya Alun-alun utara (Altar). Kalau dari pintu masuk samping keraton, cukup berjalan ke gang yang ada di sebelah keraton, sekitar 5 menit saja. Harga tiket masuk cukup 5000/orang saja dengan ijin foto 1000/rombongan.


Di sini terdapat banyak sekali kereta kencana keraton yang akan dikeluarkan tiap perayaan tertentu.




Ngetem di sini, siapa tahu dijemput pangeran pake kereta kencana keraton :p
Ada juga kereta kencana yang digunakan untuk mengangkut jenazah. Serius, awalnya saya nggak ngerti kalau kereta cantik itu adalah kereta jenazah. Saat tau, langsung shock, apalagi kok ya pas fotonya blur. Tapi itu murni karena tangan saya tremor pas ngeklik tombol jepret :D


Kalau lihat bapak – bapak di sekitar museum ini, itu abdi dalem-nya keraton. Kalau melewati mereka, silakan disapa, “monggo, pak.”

Lepas dari museum kereta, kami pulang dulu sambil menanti agak sore untuk berangkat ke Alun –alun kidul (Alkid). Di Alkid ini terkenal legenda dua pohon beringin. Menurut kabar angin, yang bisa melewati dua pohon beringin ini dengan mata tertutup, keinginannya bakal terkabul. Menurut saya pribadi, itu hanya mitos sih. Tapi, pengen aja coba ngerasain sensasi mata ditutup trus mencoba jalan lurus. 
The famous "becak cinta" behind me
Dua beringin legendaris

Sekadar cerita, pada percobaan awal, kata teman saya, jalur saya lurus trus ketika mendekati pohon beringin itu, tiba-tiba saya berbelok ke rerumputan. Pada percobaan kedua malah jalurnya amburadul nggak karu-karuan wkwkwk. It’s fun buat coba-coba berhadiah hehehe.

Dengan demikian, berakhirlah petualangan Semarang-Jogja dari tanggal 7-14 Desember. Besok wis muleh nang Suroboyo, hiks. Pengalaman selama seminggu ini begitu berharga. Perjalanan yang penuh dengan cerita yang nggak bisa biasa. Selalu ada kekonyolan yang menyertai langkah kaki ini menjejaki tanah Semarang-Jogja. Meskipun belum bertemu jodoh di sini #eaaak, seperti harapan orang-orang yang berharap aku bahagia, tapi penuh kenangan manis di sini, semanis ceritamu dan ceritaku *kalem sambil ngeteh*.

Terimakasih kepada Neng Euis selaku pembina Asrama Putri ETOS UNDIP Tembalang yang kamarnya kami (Saya-Ema ITS-Maya-Kia) bajak selama 4 hari 3 malam, Tante Rita-Om Gatot yang bersedia menampung anak ingusan sekaligus memelihara saya selama di Jogja, Sahabatku dari SMP-Anis yang kamar kosnya juga kami (Saya-Emma UNAIR) bajak selama 3 hari 2 malam. Petualangan luar biasa ini akan selalu saya ingat di dalam hati. Kebaikan kalian semua tidak akan pernah saya lupakan :’)
 
4 komentar

4 komentar

Terimakasih sudah membaca sampai akhir :)
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar.

Love,
Anggi
  • ANGGITA RAMANI
    ANGGITA RAMANI
    20 Desember 2016 pukul 13.03
    Di hatimu
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    20 Desember 2016 pukul 12.36
    terus dimana kakak
    Reply
  • ANGGITA RAMANI
    ANGGITA RAMANI
    20 Desember 2016 pukul 12.26
    Jodohnya bukan di Jogja berarti *kalem*
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    20 Desember 2016 pukul 11.02
    kirain happy ending yang kakak bakalan nemu jodoh di perjalanan kali ini
    Reply